Selasa, 07 Januari 2014

Marsya

Perlahan dengan sedikit berat menahan rasa kantuk di mataku , aku pun memaksakan untuk membukanya. Kulihat jam dinding menunjukan pukul sepuluh pagi. Oh tuhan aku terlambat bangun kali ini. Bergegas akupun lari menuju kamar mandi. Dengan cepat aku pun bersiap siap menuju ke sebuah taman tepi danau. Tempat dimana aku membuat sebuah janji sepuluh tahun lalu dengan sahabat semasa kecilku dulu.
“ dit… terima kasih kau telah menjadi sahabatku yang paling peduli akan keadaanku. Engkau adalah satu satunya temanku yang tidak melihatku dari kekuranganku. Kini aku pergi meninggalkan kota ini, meninggalkan kenangan kenangan dimana kita lalui bersama. Tak banyak kata yang ingin aku ucap.. aku hanya ingin radit tetaplah menjadi seorang radit. Jangan pernah jadi orang lain. Aq salut dimana semua teman menjauhiku krn kekuranganku namun engkau tetap setia menjadi temanku.
Meski kita jauh namun aku akan selalu mengingatmu. Mungkin aku adalah seorang gadis yang tak bisa melihat dan taka da artinya untuk mu dan orang lain namun engkau adalah malaikat penjagaku selama aku bersamamu. Dit.. aku berharap sepuluh tahun lagi aku masih bisa bertemu denganmu di tempat dimana aku menulis surat ini. Yah..di tepi danau inilah aku akan menunggumu kelak. Meski aku tak bisa melihat namun aku bisa merasakan kehadiranmu dalam hidupku. Dit, aku harap kamu menemuiku kelak. Apapun yang terjadi aku akan berada disini menunggu kehadiranmu. Jika aku masih ada dalam ingatanmu..salam hangat marsya. “
Sepucuk surak itulah yang selalu membenam di otakku selama sepuluh tahun berlalu meski  itu adalah bukan tulisan tangganya namun aku masih bisa merasakan itu tulisan hatinya pada saat itu. Dengan cepat ku kayuh sepeda ontel tua kenangan kami berdua semasa dulu. Berharap marsya masih menunggu di taman tepi danau. Keringat bercucuran di kening dan badanku namun tak kuhiraukan aku terus mengayuh kencang sepedaku.
Sampai lah aku di sebuah taman tepi danau dimana pohon pohon hijau nan rindang penuh udara sejuk yang menyinggahi tubuhku penuh keringat ini. Sedikit menyegarkan namun pikiran sedikitpun tak merasa tenang.
Dimana…dimana dia?? Dimana gadis yang sepuluh tahun itu selalu bersamaku?? Aku berlari sekuat tenaga mengelilingi sudut taman tepi danau itu.. dengan nafas terengah engah akupun teriak memanggil namanya… marsyaaa…. Marsyaa…dimana kamu…!!? Entah apa yang ada di otakku.. aku terus mengelilingi taman berharap sesosok wanita berdiri menyambut kedatanganku…
Ahh aku tak peduli orang melihatku seperti orang gila.. yang ada di benakku hanyalah marsya. Aku ingin segera menemuinya. Dengan rasa yang sangat lelah aku mencoba duduk sejenak di bawah sebuah pohon besar tepi danau… tempat dimana kami berdua saling bercerita sepuluh tahun lalu.
Kubaca dan kubaca surat terakhir pemberian marsya berharap aku dapat melihat wajahnya kembali.. namun sepertinya aku terlambat datang. Sungguh aku menyesal, menyesal dengan pesta tadi malam yang membuatku tidur di waktu subuh.
“ radit…” suara sesosok laki laki tua memanggil namaku liirih…
Terhentak aku melihat ke belakangku… laki laki dengan tongkat dan berkacamata.. sosok yang pernah aku kenal sebelumnya. Sejenak aku berfikir tentang siapa dia. Yah aku ingat sekarang.. dia adalah tak lain ayah marsya. Aku ingat betul.
“ benar kamu radit nak.. ?” Tanya lelaki itu
“ yah benar saya radit pak..? bagaimana bapak tau nama saya radit? “ sahut ku kepada laki laki itu sembari bertanya bagaimana dia mengenaliku.
“ sebenarnya bapak sudah melihatmu sejak kedatanganmu.. namun bapak masih ragu bahwa kamu nak radit teman marsya semasa kecil. Dan bapak melihatmu berlarian mencari marsya dengan memanggil manggil nama marsya, dr situ bapak yakin kalo nak radit adalah nak radit teman kecil anak bapak. Kini bapak semakin yakin dengan melihat tali gelang yang kamu pakai sama persis dengan gelang milik anak bapak marsya. “ tubuhnya yang renta berusaha menggapai tubuhku seraya ingin memelukku menumpahkan kesedihan yang begitu mendalam. Aku makin bingung dan bertanya Tanya kenapa bukan marsya yang hadir di hadapanku melainkan ayahnya?? Akhirnya dengan erat lelaki itu merangkulku sembari mengalirkan air mata kesedihan. Entah ada apa dengan dia.
“ pak, dimana marsya sekarang? Kenapa bukan dia yang menemuiku? Kenapa justru bapak yang datang menemui radit? Dimana marsya pak..apa dia baik baik saja? Tolong jawab pak…” tanyaku dengan nada penuh pertanyaan dalam otakku ini “bapak kesini hanya ingin menyampaikan sesuatu kepada nak radit.. “ dengan menahan air mata beliau pun melanjutkan perkataannya “ satu bulan lalu marsya mengalami kecelakaan tertabrak mobil disaat marysa ingin membelikan sebuah kado ulang tahun buat nak radit dan niatnya ingin dia berikan hari ini tepat dimana kalian berdua akan bertemu.. marsya pergi ke sebuah toko souvenir diantar oleh perawat.. dan pada saat itu saat perjalaanan pulang marsya ingin berjalan kaki ditemani oleh perawat. Mereka berjalan bersama dan dengan tiba tiba dari arah kanan disaat mereka mau  menyebrang datanglah sebuah mobil mewah dengan melaju kencang dan menabrak marsya dengan perawat. nasib si perawat dapat tertolong nyawanya… namun anak bapak marsya..seketika menghembuskan nafas terakhirnya pada saat perjalanan ke rumah sakit. “
Keringat dingin seketika mengucur di tubuhku mendengar kabar berita itu. Seolah tak percaya aku mendengarnya. Ingin rasanya aku teriak namun ..aaarrgghhhh…. tidakk… sepuluh tahun penantianku tak terwujud untuk bertemu dengan marsya…
“ bapak kesini ingin mengantarkan bingkisan ini untuk nak radit…mungkin ini kado yang marsya beli sebelum dia pergi..terimalah nak…” denga gemetar tangan tua itu memberikan sebuah bingkisan kepadaku..
Dengan menahan air mata, akupun membuka bingkisan itu..
Sebuah gelang tali bermotif klasik melingkar didalam kotak itu.. bersama sepucuk surat yang dia tulis kan melalui si perawat

“ radit.. seumur hidupku mungkin aku tak pernah bisa melihatmu… namun percayalah, aku akan selalu melihatmu dimanapun aku berada. Aku menyayangimu …“

Pesan terakhir yang dia bisikkan kepada si perawat yg tertulis untukku…


0 komentar :

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto Saya
saya adalah seorang pemalas namun saya memiliki mimpi dan semangat yang kuat.saya yakin suatu saat saya bisa menjadi orang dimata orang lain.
 
;